Jumat, 22 Juni 2012

Dan lagi-lagi seperti ini (part #2)

Bismillah.

Ok. Let's take a deep breath and say Alhamdulillah. Minggu pertama UAS selesai. Sampai segitu saja campur tangan saya dalam keberhasilan UAS saya. Belajar, berdoa, datang, berdoa, mengerjakan, pulang, lalu berdoa lagi. Sisanya, biar Allah yang menentukan. 

Ini masih pagi. Dan pagi itu selalu syahdu dan menentramkan. Kecuali pagi di saat-saat tertentu. Pagi pas mau berangkat study tour, pagi pas SNMPTN, pagi pas SIMAK, pagi di hari-hari pasca SNMPTN dan pra pengumuman SMUP Unpad, pagi pas mau farewell, pagi pas mau olimpiade, pagi pas mau lomba UUD, pagi pas ada acara dan saya panitianya, pagi di hari Selasa pas mau praktikum farset, pagi di hari-hari UAS, dan terutama pagi saat kau bangun tidur jam 6 dan mendapati diri belum shalat Shubuh. Huuft. Kasus terakhir yang paling membuat saya merasa bahwa iman saya masih sangat lemah. Alarm di hp saya cuma tanda. Tapi justru yang membangunkan saya subuh-subuh itu adalah kekuatan iman saya. Huuft.

Alarm clocks are only a means, what really wakes you up for Fajr is your Imaan. 
 
Dan lagi-lagi seperti ini.
Ini bukan tentang apa yang mereka minta dari saya, tapi ini tentang apa yang tidak bisa saya berikan pada mereka.

Dan lagi-lagi seperti ini.
Hanya maaf yang bisa saya ucapkan saat apa yang mereka harapkan tidak bisa menjadi kenyataan.

Dan lagi-lagi seperti ini.
Penyesalan datang, berjejalan di pikiran, menjanji diri pada janji-janji palsu yang bahkan selama 18 tahun belum saya penuhi.

Dan lagi-lagi seperti ini.
Yang saya cemburui bukan apa yang mereka usahakan, tapi justru nilai yang entah berapa persen kehalalannya. 

Dan lagi-lagi seperti ini.
Yang saya cemburui justru bukan mereka yang berusaha menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain, tapi yang saya cemburui malah orang yang jauh disana yang tak patut saya pikirkan. 

Dan lagi-lagi seperti ini.
Banyak hal penting yang terabaikan demi hal-hal terabaikan yang justru dipentingkan.

Kenapa harus selalu seperti ini? Dari 18 tahun yang lalu :(

Memang inilah sebenar-benar makna sebuah ujian. Pengingat. Penegur.
Karena saat ujian, barulah kita kembali, barulah kita ingat lagi, barulah kita mau berjuang lagi. Kalau dipikir-pikir, betapa munafiknya kita, eh saya doang mungkin ya.

Baiklah. Ingatkan aku selalu pada-Mu, wahai Allah.

Tuhan,
Aku cemburu
Aku cemburu pada perasaanku sendiri
Aku cemburu pada perasaan mereka pada-Mu
Tuhan,
Aku cemburu
Aku cemburu pada mereka yang sebentar-sebentar teringat pada-Mu
Aku cemburu pada mereka yang sebentar-sebentar menyebut nama-Mu
Tuhan,
Aku cemburu
Aku cemburu pada mereka yang selalu mendekat kepada-Mu
Aku cemburu pada mereka yang selalu menjaga cinta kepada-Mu
Tuhan,
Aku cemburu
Aku cemburu pada mereka yang santun bicaranya
Aku cemburu pada mereka yang lembut tingkah lakunya
Aku cemburu pada mereka yang diam-diam mendoakan saudaranya
Aku cemburu saat mereka bilang semua itu karena-Mu
Tuhan,
Aku cemburu
Aku cemburu karena aku mencintai-Mu
 (dari tumblr) :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar