Jumat, 31 Agustus 2012

Tega sekali buku ini

Tidak ada yang salah dengan malam ini. Hanya saja tiba-tiba hasrat menulis itu datang lagi, membuatku tidak konsentrasi menonton film, membaca novel, atau bahkan menikmati hujan dan menghirup wangi tanah setelahnya.

Tega sekali buku ini. Menyebut namamu berkali-kali. Membuat munculnya gempa di hati.
Sama halnya saat tiba-tiba aku menemukan cerpen di tumblr, terpesona dengan cara sang penulis menggambarkan siapa pemeran utama dalam cerita itu. Hanya beda satu huruf. Dalam cerita itu, sepertinya penulis berbakat itu cadel. Haha. Tapi, apa peduliku? Yang penting deskripsinya sama.
Tapi sebenarnya inti tulisan ini bukanlah itu. Sedikit random? Biarlah. Sepertinya aku sedang sedikit gila.

Dan satu buku lagi.
Kali ini sang penulis berhasil membuat aku mengelilingi kota penuh kenangan itu. Biar saja apa kata orang tentang kota yang penuh kepenatan dan surga kemacetan itu. Yang penting aku selalu punya kesan yang sama. Selalu menarik.

Tidak lupa buku terakhir.
Alur ceritanya sungguh sangat simpel. Aku cukup terkesan dengan kalimat terakhirnya.

Apa maksudnya sih semua ini? Buku-buku yang aku baca bukannya menghilangkan segala memoar, malah membangkitkannya kembali, memberi ruang yang lebih luas...hingga gumpalan istimewa yang selalu diistimewakan itu semakin mengakar, sulit ditebas.
Baiklah.

Senin, 27 Agustus 2012

Jadi, apa yang punya jarak?

"Dan kekalahan adalah tanda bahwa kita harus memperbaiki diri."

Saya tidak sedang merasa kalah. Hanya sebagian kecil sekali dari hati saya yang bilang kalau saya kalah. Tidak. Saya baik-baik saja. Dunia itu bulat. Sehingga apapun bisa terjadi.

Ini dekat. Sungguh sangat dekat. Saya adalah sang pusat waktu, dan kau ada di titik arah jam 2. Jarak ini tak pernah berbeda. Mungkin pernah lebih jauh dari arah jam 2, tapi tak pernah lebih jauh dari jarak 2 jam. Kau mengerti? Saya yakin tidak.

Jadi, apa yang punya jarak?

Saya, dengan segenap rasa rindu. Mungkin benar adanya. Merindu adalah satu-satunya cara untuk menciptamu dalam maya. Maya yang nyata. Senyata rasa sakit setelahnya.

Always like this?

Dan selalu saja ada momen untuk mengembalikan semua memoar itu. Aku tidak menyesal. Hanya saja, ini menyesakkan.

Senin, 20 Agustus 2012

A.R.G.H

Tuh kan tuh kaaaaaaaaaaaan.
SATU hal konyol, LAGI! *tepokjidat*

"Ya ampun, barbar!"

Haaaaaaaaaaaaaaaa ampuuuuuuuuun, maafin gueeeeeeeee :((((

Rabu, 08 Agustus 2012

What a zonk-hectic-chaos day!


Zonk. Hectic. Chaos.

What a zonk day. What a hectic day. What a chaos day!

Oooooooooh God, rasanya saya pengen teriak sekenceng-kencengnya, meluapkan semua ke-hectic-an hari ini yang sungguh ngga kira-kira. Huft. Baiklah. Mungkin ini teguran langsung buat saya yang 3 hari belakangan ini udah mulai males-malesan ngejar amalan yaumiyah Ramadhan, padahal target-target itu udah kepampang jelas di pintu dapur kontrakan. Ampuni aku ya Rabb.

Well, should I tell the world how chaos the day was? It was exceptionally rioting. Wuh.

Sebelomnya saya ga pernah nyangka, hari se-zonk ini bakalan muncul di tengah-tengah kedamaian hari-hari Ramadhan saya. Target-target sudah disusun sebaik dan se-unyu mungkin, demi Ramadhan yang penuh CINTA. Ngga kayak Ramadhan tahun lalu, saat saya ngerasa kering banget dan demi apapun deh, nyesel senyesel-nyeselnya ngelewatin Ramadhan kali itu tanpa pencapaian ibadah yang sedikit saja meningkat. Justru malah menurun. Drastis. Semua itu gara-gara *piiiiiiiiip* *sensored*
I took a deep breath. I don’t want the day like this anymore.

Hari ini, 03 Agustus 2012.

Dear catatan sepanjang masa...

Hari yang ultra-chaos ini dimulai dengan saya dan ke-3 teman kontrakan saya yang bangun kesiangan. Padahal semuanya puasa. Yang pasang alarm 2 orang. Tapi entah kenapa, kita bangun jam 04.42, beberapa detik sebelum adzan Shubuh berkumandang. Aaaaaaaarrrgh. Saya bangun udah kayak zombie. Biasanya ada menit-menit saat bangun pagi buat ngumpulin nyawa, tapi pagi ini ngga. Saya bangun udah kayak orang kesurupan. Dan mendadak pengen pingsan pas denger lafadz “Allahu akbar” mulai berkumandang dari masjid entah dimana. Dengan nelangsa, saya nanya sama Nisa: “Masih boleh minum ga?” Nisa jawab boleh. Seketika saya minum segelas air. Ditenggak dengan tampang ga karuan, bener-bener kayak zombie. Wooohooo. Sebenernya ga masalah-masalah banget sih kalo saya ga sahur. Tapi tiba-tiba aja kebayang hari ini tuh bakal penuh banget sama berbagai aktivitas di kampus. Mulai dari kuliah farkol, rapat, ngelompokin ini itu, bikin surat-surat, dan semacamnya yang jelas sekali menambah ruwetnya hidup saya hari ini.

Lalu apa? Saya cuma bisa pasrah. Langsung tergeletak tak berdaya (lagi) di atas kasur, meratapi betapa ngga-banget-nya hidup saya pagi itu. Udah mana ngga sholat tarawih gara-gara semalem niatnya mau tahajud, eh nyatanya malah kesiangan. Boro-boro buat tahajud, sahur aja cuma makan air putih 2 tenggak. Wuft. Nyesel. Merasa sangat bersalah. Merasa mengkhianati target sendiri. Merasa nista.


Itu baru permulaan.
Pukul 07.15 Waktu Indonesia Bagian Kontrakan.

Saya asyik sendiri di depan laptop, menikmati membuat surat-surat undangan dengan versi baru. Nisa asyik sendiri (juga) di depan laptopnya, menikmati membuat nomor-nomor kelompok dengan font yang gendut-gendut. Foni dan Sani dateng ke kontrakan. Mereka mau ikut nge-scan tugas. Lalu dimulailah ke-hectic-an kedua hari ini...

Nisa membuka penutup scanner yang nyatu sama printernya. Seketika kita kaget, sekaligus geli dan jijik ngeliat banyak banget-banget semut di dalem scanner itu. Ya ampuuuuuuun, udah ga paham lagi apa yang semut-semut itu cari di dalem kaca scanner. Emangnya scannernya manis ya? Sepertinya sudah terlalu banyak mutasi di dunia ini. Sampe semut pun suka ngerubungin scanner.

Sumpah demi apapun itu pemandangan scanner menjijikan banget. Saya merinding ngeliatnya. Itu semut asli banyak sekaleee. Kejijikan pemandangan itu ditambah dengan adanya bintik-bintik putih yang –sepertinya- adalah telur-telur semut itu. Hoek. I gonna yack.

Alhasil, Foni sama Sani ga jadi nge-scan di kontrakan. Saya sama Nisa minta maaf, mereka berdua juga minta maaf. But, the reason of this rioting day isn’t both of you. Santai saja. Ini hanya masalah kecil yang jadi bumbu, ga seberapa.

Saya sama Nisa pun sibuk ngebersihin sebisa kita. Tapi ga berhasil. Terpaksa printer itu harus masuk rumah sakit, kasih ke ahlinya sajalah.
I took a deep breath (again).


Pukul 08.00
Saya beres mandi. Nisa masih berkutat dengan laptopnya, berusaha menyelesaikan amanahnya pagi itu, meski dengan tampang yang sudah cukup kusut dan ga karuan, mukena belum dilepas, nelangsa gara-gara internet ga jalan, dan printer yang ga connect tiba-tiba. Itu artinya dia harus ngeprint tugasnya di luar, ga di kontrakan.

Penderitaan belum berakhir ternyata.

Data yang mau diprint ga bisa dipindahin sementara kita ada kelas jam 10, dan Nisa harus rapat dulu jam 9. Entah ada error apa sama laptop Nisa, yang pasti ga ada satupun data yang bisa dipindahin ke flash disk. Mungkin ini semua akibat dari kebarbaran dia nge-uninstall banyak program dari laptopnya. Huft. Inhale-exhale-inhale-exhale. Untung dengan sigap saya punya ide buat masukin data itu ke email aja, mumpung ada modem Maira yang tergeletak di atas karpet. And you know what? Nunggu proses attachment data di email pake modem dengan keadaan super duper hectic itu rasanya...
Tiba-tiba proses attachment itu gagal. Argh. Gue banting juga tu laptop.

Persentase kesabaran saya pagi itu masih 90% ternyata. Laptop ga jadi saya banting, saya coba lagi nge-attach. Akhirnya berhasil. Ya Allah, ampuni hambaMu ini ya Allah.
Baaaiklaaaaaaaah.


Pukul 11.15 Waktu Indonesia Bagian Gedung PPBS.
Mungkin jam segitulah kekacauan hidup saya hari ini mencapai puncaknya. Saya nangis. Saya cengeng, saya akui itu. Tapi semua tangisan itu kebanyakan bukan karena saya sedih, tapi 90% karena kesal. Kesal karena merasa tidak dianggap, kesal karena mereka yang tidak mengerti atau memang tidak mau mengerti, kesal karena ucapan mereka yang benar-benar...aaargh no word to explain it!

Saya ga bisa nahan buat ga nangis. Dasar anak kecil. Ya, saya tau itu. Tapi saya ga peduli. Daripada saya gila nahan semua kekesalan ini, mending saya meraung-raung di kelas. Dan benar, saya melakukan itu. Kesal to the max!
Sekali lagi, ampuni hambaMu ini ya Allah. Ampuni atas segala keberlebihanku memandang sesuatu.


Pukul 11.45 Waktu Indonesia Bagian Arboretum.
Mood saya benar-benar sudah hilang untuk rapat siang itu. Saya memaksakan diri. Berharap rapat yang biasanya menyenangkan itu bisa mengusir mood jelek saya gara-gara beberapa menit yang lalu. Tapi nyatanya tidak. Ada tragedi di siang itu yang membuat ke-chaos-an hari saya semakin sempurna.
Singkat cerita, saya duduk di dekat sebuah lubang di rerumputan arboretum. Dulu pas acara makan-makan angkatan 2011 saya juga pernah duduk deket situ dan saya baik-baik saja. Tapi kali ini tidak. Ternyata lubang itu adalah basecamp-nya kodok-kodok super menjijikan. Bisa dibayangkan, betapa amat sangat tidak mungkin saya tidak teriak. AAAAAAAAAAAARRRRRGGGGHH! Mungkin mulai saat ini, saya fobia pada kodok. Sekian.
Wallahi, saya merinding.


That was a big trouble day. Full of surprise. May Allah forgive me, for every complaint I said today. Thanks Allah, for reminding me as soon as possible. So that, will never ever be there the day I wasted during this holy glory month.


Karena segala keluhan ini, segala tangis ini, akan selalu berlalu.
*Memorable, but I don’t wanna repeat it again. Cerita memilukan ini diketik dengan segala sisa-sisa tenaga yang tersimpan. Hari yang panjang dan melelahkan.