Zonk. Hectic. Chaos.
What a zonk day. What a hectic day. What a chaos
day!
Oooooooooh God, rasanya saya pengen teriak
sekenceng-kencengnya, meluapkan semua ke-hectic-an hari ini yang sungguh ngga
kira-kira. Huft. Baiklah. Mungkin ini teguran langsung buat saya yang 3 hari
belakangan ini udah mulai males-malesan ngejar amalan yaumiyah Ramadhan,
padahal target-target itu udah kepampang jelas di pintu dapur kontrakan. Ampuni
aku ya Rabb.
Well, should I tell the world how chaos the day
was? It was exceptionally rioting. Wuh.
Sebelomnya saya ga pernah nyangka, hari se-zonk ini
bakalan muncul di tengah-tengah kedamaian hari-hari Ramadhan saya.
Target-target sudah disusun sebaik dan se-unyu mungkin, demi Ramadhan yang
penuh CINTA. Ngga kayak Ramadhan tahun lalu, saat saya ngerasa kering banget
dan demi apapun deh, nyesel senyesel-nyeselnya ngelewatin Ramadhan kali itu
tanpa pencapaian ibadah yang sedikit saja meningkat. Justru malah menurun.
Drastis. Semua itu gara-gara *piiiiiiiiip* *sensored*
I took a deep breath. I
don’t want the day like this anymore.
Hari ini, 03 Agustus 2012.
Dear catatan sepanjang masa...
Hari yang ultra-chaos ini dimulai dengan saya dan
ke-3 teman kontrakan saya yang bangun kesiangan. Padahal semuanya puasa. Yang
pasang alarm 2 orang. Tapi entah kenapa, kita bangun jam 04.42, beberapa detik
sebelum adzan Shubuh berkumandang. Aaaaaaaarrrgh. Saya bangun udah kayak
zombie. Biasanya ada menit-menit saat bangun pagi buat ngumpulin nyawa, tapi
pagi ini ngga. Saya bangun udah kayak orang kesurupan. Dan mendadak pengen
pingsan pas denger lafadz “Allahu akbar” mulai berkumandang dari masjid entah
dimana. Dengan nelangsa, saya nanya sama Nisa: “Masih boleh minum ga?” Nisa
jawab boleh. Seketika saya minum segelas air. Ditenggak dengan tampang ga
karuan, bener-bener kayak zombie. Wooohooo. Sebenernya ga masalah-masalah
banget sih kalo saya ga sahur. Tapi tiba-tiba aja kebayang hari ini tuh bakal
penuh banget sama berbagai aktivitas di kampus. Mulai dari kuliah farkol,
rapat, ngelompokin ini itu, bikin surat-surat, dan semacamnya yang jelas sekali
menambah ruwetnya hidup saya hari ini.
Lalu apa? Saya cuma bisa pasrah. Langsung
tergeletak tak berdaya (lagi) di atas kasur, meratapi betapa ngga-banget-nya
hidup saya pagi itu. Udah mana ngga sholat tarawih gara-gara semalem niatnya
mau tahajud, eh nyatanya malah kesiangan. Boro-boro buat tahajud, sahur aja
cuma makan air putih 2 tenggak. Wuft.
Nyesel. Merasa sangat bersalah. Merasa mengkhianati target sendiri. Merasa
nista.
Itu baru permulaan.
Pukul 07.15 Waktu
Indonesia Bagian Kontrakan.
Saya asyik sendiri di depan laptop, menikmati
membuat surat-surat undangan dengan versi baru. Nisa asyik sendiri (juga) di
depan laptopnya, menikmati membuat nomor-nomor kelompok dengan font yang
gendut-gendut. Foni dan Sani dateng ke kontrakan. Mereka mau ikut nge-scan
tugas. Lalu dimulailah ke-hectic-an kedua hari ini...
Nisa membuka penutup scanner yang nyatu sama
printernya. Seketika kita kaget, sekaligus geli dan jijik ngeliat banyak
banget-banget semut di dalem scanner itu. Ya ampuuuuuuun, udah ga paham lagi
apa yang semut-semut itu cari di dalem kaca scanner. Emangnya scannernya manis
ya? Sepertinya sudah terlalu banyak mutasi di dunia ini. Sampe semut pun suka
ngerubungin scanner.
Sumpah demi apapun itu pemandangan scanner
menjijikan banget. Saya merinding ngeliatnya. Itu semut asli banyak sekaleee.
Kejijikan pemandangan itu ditambah dengan adanya bintik-bintik putih yang
–sepertinya- adalah telur-telur semut itu. Hoek. I gonna yack.
Alhasil, Foni sama Sani ga jadi nge-scan di
kontrakan. Saya sama Nisa minta maaf, mereka berdua juga minta maaf. But, the reason of this rioting day isn’t
both of you. Santai saja. Ini hanya masalah kecil yang jadi bumbu, ga
seberapa.
Saya sama Nisa pun sibuk ngebersihin sebisa kita.
Tapi ga berhasil. Terpaksa printer itu harus masuk rumah sakit, kasih ke
ahlinya sajalah.
I took a deep breath (again).
Pukul 08.00
Saya beres mandi. Nisa masih berkutat dengan
laptopnya, berusaha menyelesaikan amanahnya pagi itu, meski dengan tampang yang
sudah cukup kusut dan ga karuan, mukena belum dilepas, nelangsa gara-gara
internet ga jalan, dan printer yang ga connect
tiba-tiba. Itu artinya dia harus ngeprint tugasnya di luar, ga di
kontrakan.
Penderitaan belum berakhir ternyata.
Data yang mau diprint ga bisa dipindahin sementara
kita ada kelas jam 10, dan Nisa harus rapat dulu jam 9. Entah ada error apa
sama laptop Nisa, yang pasti ga ada satupun data yang bisa dipindahin ke flash
disk. Mungkin ini semua akibat dari kebarbaran dia nge-uninstall banyak program
dari laptopnya. Huft. Inhale-exhale-inhale-exhale.
Untung dengan sigap saya punya ide buat masukin data itu ke email aja,
mumpung ada modem Maira yang tergeletak di atas karpet. And you know what? Nunggu proses attachment data di email pake modem
dengan keadaan super duper hectic itu rasanya...
Tiba-tiba proses
attachment itu gagal. Argh. Gue banting juga tu laptop.
Persentase kesabaran saya pagi itu masih 90%
ternyata. Laptop ga jadi saya banting, saya coba lagi nge-attach. Akhirnya
berhasil. Ya Allah, ampuni hambaMu ini ya Allah.
Baaaiklaaaaaaaah.
Pukul 11.15 Waktu
Indonesia Bagian Gedung PPBS.
Mungkin jam segitulah kekacauan hidup saya hari ini
mencapai puncaknya. Saya nangis. Saya cengeng, saya akui itu. Tapi semua
tangisan itu kebanyakan bukan karena saya sedih, tapi 90% karena kesal. Kesal
karena merasa tidak dianggap, kesal karena mereka yang tidak mengerti atau
memang tidak mau mengerti, kesal karena ucapan mereka yang benar-benar...aaargh
no word to explain it!
Saya ga bisa nahan buat ga nangis. Dasar anak
kecil. Ya, saya tau itu. Tapi saya ga peduli. Daripada saya gila nahan semua
kekesalan ini, mending saya meraung-raung di kelas. Dan benar, saya melakukan
itu. Kesal to the max!
Sekali lagi, ampuni hambaMu ini ya Allah. Ampuni
atas segala keberlebihanku memandang sesuatu.
Pukul 11.45 Waktu
Indonesia Bagian Arboretum.
Mood saya benar-benar sudah hilang untuk rapat
siang itu. Saya memaksakan diri. Berharap rapat yang biasanya menyenangkan itu
bisa mengusir mood jelek saya gara-gara beberapa menit yang lalu. Tapi nyatanya
tidak. Ada tragedi di siang itu yang membuat ke-chaos-an hari saya semakin
sempurna.
Singkat cerita, saya duduk di dekat sebuah lubang
di rerumputan arboretum. Dulu pas acara makan-makan angkatan 2011 saya juga
pernah duduk deket situ dan saya baik-baik saja. Tapi kali ini tidak. Ternyata
lubang itu adalah basecamp-nya
kodok-kodok super menjijikan. Bisa dibayangkan, betapa amat sangat tidak
mungkin saya tidak teriak. AAAAAAAAAAAARRRRRGGGGHH! Mungkin mulai saat ini,
saya fobia pada kodok. Sekian.
Wallahi, saya merinding.
That was a big trouble
day. Full of surprise. May Allah forgive me, for every complaint I said today. Thanks
Allah, for reminding me as soon as possible. So that, will never ever be there the
day I wasted during this holy glory month.
Karena segala keluhan
ini, segala tangis ini, akan selalu berlalu.
*Memorable, but I don’t
wanna repeat it again. Cerita memilukan ini diketik dengan segala sisa-sisa
tenaga yang tersimpan. Hari yang panjang dan melelahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar